Saya katakan kepada penerbit, orang-orang yang meminta itu belum tentu mau membeli. Bisa saja mereka mengatakan itu cuma omongan saja. Dan karena itu, kalau pasarannya kurang bagus, penerbit bisa menanggung resiko rugi besar karena menerbitkan tulisan saya. Saya tidak mau menjadi sebab kerugian orang lain.
Tapi penerbit katakan, kerugian tanggungan mereka. "Pak Dana tahu beres, tak perlu memusingkan apapun, Bapak sudah cukup lelah menulis, dan sekarang, tinggal menikmatinya."
Baiklah, kalau itu mau kalian. Tapi saya mengajukan beberapa syarat:
- Jika buku saya terbit dan best seller, jangan sampai mereka merepotkan saya, menyuruh saya tanda tangan ribuan buku, membawa saya ke mana-mana, jumpa fans. Saya tidak mau, ribet, merepotkan. Menjenuhkan. Saya senang menulis, dan saya tidak mau aktifitas ini terganggu. Seumur hidup saya untuk menulis, menulis, dan menulis.
- Semua royalti buku saya, harus mereka bagikan kepada anak yatim dan orang miskin. Dan penerbit harus membagikannya sendiri. Saya tahu beres. Dan sebagai bukti kejujuran penerbit, saya minta bukti pemberian berupa kwitansi yang dicap jempol para anak yatim dan orang miskin itu.
- Penerbit jangan mencantumkan hak cipta pada buku saya, dan kalau ada orang memplagiat buku saya dan menyebarkannya, penerbit jangan sampai melarangnya. Sebaliknya, penerbit harus melayangkan surat ucapan terima kasih kepada mereka, sebab mereka telah membantu tersebarnya ilmu saya.
Sebulan kemudian penerbit menghubungi via telfon: "Selamat pagi Pak Dana. Maaf mengganggu! Kami dari pihak penerbit, sedang mengutus dua orang karyawan kami ke rumah Anda. Tolong segera siapkan tempat, karena kami sedang mengirimkan sebuah mobil."
Saya damprat: "Mobil untuk apa?"
Jawan telfon: "Mobil untuk Anda, bukti terima kasih kami atas buku laris Bapak."
Saya bentak: "Saya tidak bisa menerimanya. Suruh utusan itu belok."
"Tapi ini permintaan atasan kami. Dalam sebulan ini, karya Bapak sudah 34 kali cetak ulang. Kami kepayahan menerima pesanan. Cetakan terakhir, kami mengeluarkan 50 juta eksemplar. Mobil itu ungkapan rasa terima kasih dari atasan kami, dia minta, Pak Dana harus menerimanya."
"Mana atasannya. Suruh dia telfon saya!"
"Baik Pak!"
Semenit kemudian:
"Maaf Pak Dana, saya direktur penerbitan. Kami mohon Bapak mau menerima hadiah itu. Kami tidak bisa memberi lebih!"
"Bukanya menolak kebaikan orang Pak, tapi saya tidak butuh."
"Kalau boleh tahu, mengapa bapak tidak butuh?"
"Ah, pokoknya saya tidak butuh. Saya harap utusan itu Bapak suruh lagi pulang."
Dengan jengkel, telfon saya tutup. Ribet bener penerbit tuh, pake ada penghargaan-penghargaan segala. Kalau mau nerbitin buku ya nerbitin aja. Jangan banyak acara. Mending kalau cerita ini nyata! Ini mah enggak!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar