Pagi orang biasanya ngopi, saya juga pergi ngofi. Ngofi berkas administrasi untuk UAS kampus. Sekalian ke sana, sekalian beli stepler.
Saya sukanya stepler merk Cucurut, makenya enak, jarang macet. Yang terpenting, barangnya awet. Mahal tidak mengapa. Beda sekali dengan merk Kecoa, satu dua kali make, langsung emacet. Biar semurah apa, saya sungkan membelinya.
Tapi ketika saya tanyakan ke tukang fotokofian, merk Cecurut tidak ada.
"Lha, itu bapak make stepler merk Cecurut?" Teriak saya, Sambil melotot ke stepler yang dipakenya.
"Iya, saya emang make merk ini, tapi di sini tak ada, adanya merk lain." Jawabnya enteng.
"Bapak sendiri suka merk Cecurut, tapi Bapak sendiri gak jual, malah jual merk lain. Bapak ini gimana sih. Harusnya yang Bapak jual itu barang yang Bapak suka!" Omel saya so ngatur.
Bapak itu tertawa. Terus sibuk dengan kerjanya. Ya sudah, saya ngeloyor ke toko lain.
Sambil cari toko, otak saya lari-lari mengejar hikmah dari kejadian barusan.
Apa yang kita jual, harusnya barang yang menarik bagi kita. Jika diri saja sudah tidak tertarik, bagaimana orang lain bisa tertarik. Ini sangat sesuai dengan ilmu pemasaran yang sedang saya baca di bukunya Doung Hall, Ilmu Pasti Bisnis.
Dan prinsip ini saya yakin, sangat berlaku untuk dunia tulis-menulis. Untuk mengetes menarik tidaknya tulisan kita, sangat gampang, baca dulu oleh diri sendiri, kalau kita sendiri saja jadi ngantuk, yakin seratus persen tulisan kita itu ubrut!
Catatan: Arti ubrut tidak jelas, tidak ada dalam kamus, namun ini kata untuk melukiskan jeleknya sesuatu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar