Selama ini orang mengenal "Wiro Sableng" sekedar buku novel, lebih spesifiknya lagi novel persilatan. Akan tetapi, jika Anda mengkaji buku ini lebih dalam, akan Anda temukan, ternyata bukan cuma itu, buku ini pun mengandung ilmu marketing. Ilmu marketing?
Iya. Bener. Buku ini mengandung ilmu marketing. Bukan dari isinya, tapi dari judulnya. Perhatikan nama "Wiro Sableng". Pemilihan nama ini tidak sembarangan. Nama ini mengandung perbedaan, tidak pernah sebelumnya atau setelahnya ada tokoh dunia persilatan memakai nama ini. Karena perbedaan itulah, nama ini menjadi sangat akrab di telinga kita. Nama Sablengnya pun sama, turut memberikan bekas ke telinga pendengarnya. Mengapa? Karena nama "Sableng" adalah nama negatif. Sableng itu lawannya kalem, lawan anggun, lawan tenang. Sableng itu senang bercanda, senang tertawa, senang bertingkah aneh, di mana biasanya, tokoh utama itu biasa tampil dengan segala kebaikan dan ketenangannya.
Dua ilmu pemasaran yang bisa kita dapatkan dari buku Wiro Sableng. Menciptakan perbedaan, dan buat kontroversial! Cara ini dilakukan untuk mencuri perhatian konsumen. Perbedaan dan kontroversoal membuat orang penasaran. Konsep ini saya baca dari buku kreatif marketing karya Ipho Santosa. Judul buku itu cukup beda dan kontroversial juga: Mariketing is Bulshit.
Ipho sendiri memberikan banyak contoh dalam bukunya, tentang bisnis-bisnis yang tampil dengan kontroversial. Misalnya rumah makan dengan nama "Perkedel Horstes". Jangan salah tafsir, meskipun namanya begitu, bukan berarti di warung ini banyak palacur. Punya nama seperti itu karena kios ini bukanya malam hari.
Dalam dunia hiburan, perkara memberi nama kontriversial itu bukan barang baru. Sejak dulu orang sudah menggunakannya. Fals itu suara yang tidak enak, tapi masa ada penyanyi yang berani tampil dengan nama ini. Tapi dia sukses di pasaran. Namanya melegenda, akrab nyaris di setiap telinga. Ah, Anda tahu dia siapa.
Sumbang juga sama nama untuk suara jelek, tapi ada juga orang nyaman memakai namanya, dan dia pun sama suksesnya. Yang lainnya ada Udin Petot, ada Yati Pesek. Meminjam istilah Ipho Santosa, nama seperti ini membuat nyess di telinga, dan susah melupakannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar