Terserah Anda mau bagaimana cara menikmati sebuah buku. Saya menikmatinya sedikit demi sedikit, kalimat perkalimat, bahkan kata perkata. Tuesdays With Morie, novel Mitch Alboum, yang sedang saya nikmati sekarang, begitu nyaman menikmatinya sedikit demi sedikit. Ini saya lakukan karena yakin, setiap kata mengandung ilmu, setiap kalimat mengandung pelajaran, seburuk apapun kalimat itu. Apalagi ini novel tentang makna hidup, sudah jaminan setiap paragrafnya mengandung mutiara.
Sekarang, kaki saya sedang menjejaki halaman 54. Kaki batin, bukan kaki sebenarnya. Sebagaimana Anda tahu, novel ini menceritakan seorang profesor di saat-saat akhir hidupnya. Setelah dokter menemukan penyakit berbahaya dalam dirinya, dia rasakan itu benar adanya. Semakin lama tubuh rentanya semakin lemah. Sakit semakin hebat terasa. Menyelami makna penyakitnya ini, sang profesor tua berkata kepada Mitch, penulis buku ini
"...Sekarang, karen aku sedang menderita, aku merasa lebih akrab dengan orang-orang yang juga menderita, perasaan yang sebelumnya tidak sekuat ini. Beberapa malam yang lalu, di televisi, aku melihat orang-orang di Bosnia berlari-lari menyeberang jalan, ditembaki, dibunuh, disiksa, jadi aku menangis. Aku merasa seolah-olah penderitaan fisik dan mental mereka adalah penderitaanku sendiri. Aku tak kenal dengan satu pun diantara mereka. Tapi--bagaiman aku menerangkannya?--aku seperti diseret ke dalam situasi yang sedang mereka hadapi."
Tidak ada komentar:
Posting Komentar