Dua pemuda itu merasakan tubuh mereka menjadi kaku tegang, tak bisa bergerak lagi begitu totokan kilat bersarang di leher masing-masing. Melihat kejadian ini, Dewi Tombak api tak bisa berdiam diri lagi. Sebelum lompati Simanti, dari samping dia sudah lepaskan satu pukulan tangan kosong.
Wusss.
Simanti terkejut dan cepat menyingkir ketika ada angin kencang disertai hawa panas menyambar ke arahnya. Dia balas menghantam dengan tangan kanan. Angin pukulan Sumitri memang sempat ditabraknya hingga buyar. Tapi diam-diam dia merasakan tangan kanannya seperti tertimbun dalam bara panas dan mau tak mau dia jadi keluarkan pekik kecil.
Di hadapannya, Sumitri alias Dewi Tombak Api tertawa mengejek. "Kalau itu baru sejengkal, jangan berani jual lagak di hadapanku!".
"Kakak Sumitri, kau harus sadar! Kau harus berusaha menjadi sadar! Kita harus segera menghadap guru." Berkata Simanti.
"Jika kakek buntung itu yang memerlukan diriku, mengapa tidak dia sendiri yang keluar dari sarangnya menemuiku?" tukas Sumitri.
"Kakak, jangan kau bicara menghina guru seperti itu!" Simanti tampak marah mendengar kata-kata kakak seperguruannya.
Itu sedikit cuplikan dari salah satu serial Wiro Sableng. Memangnya apa yang tengah terjadi. Apa tantangan pendekar 212 kali ini, bisakah dia mengatasinya. Tentu saja bisa, tapi bagaimana caranya. Tapi juga, apa yang mau dia selesaikan. Untuk lebih jelasnya, silahkan baca sendiri di Serial Wiro Sableng Guna-Guna Tombak Api yang bisa Anda download DI SINI
Tidak ada komentar:
Posting Komentar