Mendung semakin pekat, kegelapan menyelimuti kapal. Dua pengendali pesawat ini mulai panik.
"Tenanglah Usman, seandainya ini akhir hidup kita, ingat saja, kehidupan semua orang akan berakhir"
"Tapi aku belum mau mati!"
"Tidak mati di di sini, kita akan mati di mana pun."
"Mengapa sampai begini! Sebelum berangkat, seharusnya kita pastikan pesawat ini baik."
"Sudahlah Usman, tidak ada gunanya mempermasalahkan yang sudah. Dalam keadaan ini, kita pasrahkan saja diri kita."
Seketika listrik mati.
Gerak tak lagi maju, namun melorot.
Stabil tak ada lagi, kapal miring ke depan. Penumpang menjerit-jerit.
"Harun....bagaimanakah ini, haruskah kita pasrah?"
"Kalau ada yang bisa kita lakukan, mari lakukan!"
"Sepertinya tidak ada!"
"Ya sudah kita diam saja."
"Harun....bagaimana kalau kita melompat?"
"Bagaimana dengan penumpang kita?"
"Kita tinggalkan saja mereka."
"Kamu tega!"
"Meski kita di sini, mereka pun takkan selamat!"
"Berarti kita pilot tidak bertanggung jawab!"
"Tanggung jawab apa yang bisa kita lakukan jika kita tetap di sini?"
"Memang tidak ada."
"Nah, kari kita selamatkan saja diri kita!"
Usman membuka pintu depan kapal (eh, kapal ada pintu depannya nggak?) dan meloncat!
Bukkkk, tubuh gempalnya menimpa lantai, Usman menggeliat kesakitan.
Dia buka mata. Owh, menyenangkan. Kecelakaanku hanya mimpi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar