Minggu, 09 Februari 2014

Aura Kasih

Pekerjaannya berjalan dari satu rumah ke rumah lain. Itulah pekerjaan sehari-harinya. Menanyakan kepada orang-orang barangkali ada yang bisa dia bantu.

Pagi itu, dia mengunjungi sebuah rumah. Masuk halaman, dilihatnya seorang tua sedang mengupas kelapa. Segunung banyaknya kelapa itu, dan si orang tua sudah sangat kelelahan.

"Assalamualaikum Kek!"
"Waalaikum salam!"
"Kakek sudah sangat lelah, sini biar saya ganti  yang ngupas!"
"Oh tidak usah, nanti kakek bayarnya gimana!"
"Bukan untuk dibayar Kek! Saya sedang mencari kebahagiaan dengan membantu orang!"
"Memangnya membantu orang bisa membahagiakan?"
"Tentu saja Kek, membantu orang itu, selain bisa membahagiakan orang lain, juga bisa membahagiakan diri sendiri"
"Benarkah Nak, walah, kakek sudah setua ini belum bisa sebijak kamu!"
"Ya Kek" Katanya sambil mulai mengupas, sementara si kakek duduk di atas tumpukan sabut.
"Kakek lihat Ananda tinggal di mesjid kampung ini, keseharian hanya keliling-keliling kampung, tidak punya pekerjaan kecuali membantu orang, tidak punya cita-citakah Ananda seperti pemuda lainnya, beristri, berumah tangga?"
"Punya sih Kek, tapi saya ingin menyelesaikan dulu cita-cita yang satu ini!"
"Cita-cita apa itu Nak?"
"Cita-cita...ingin membangun sebuah perkampungan yang memilik aura kasih."
"Aura kasih?" tanya si kakek.
"Iya Kek, maksud saya, jadi di kampung ini, satu orang dengan yang lainnya saling mengasihi, saling membantu, sebab mereka yakin, hanya dengan cara itu, mereka bisa menggapai kesejateraan lebih cepat. Itulah aura kasih yang saya maksud"

Tidak ada komentar:

Posting Komentar