Nama sebenarnya Pak Bima, akulah yang pertama memanggilnya pak bemo. Mukanya mirip banget bajay, terutama dagunya yang mancung ke depan, plus giginya yang ke depan, melewati mulut. Tritiiittttt, pelanggaran, begitu caraku mengejeknya bersama teman-teman di kelas. Cara dia mengajar juga sangat membosankan, selain suaranya tak jelas, juga bahasanya berbelit-belit. Kalau menyuruh kami ke depan kelas, buat belajar puisi, dia langsung mengritik, padahal baru membaca satu baris. Dia salahkan nadanya, dia salahkan jedanya. Akhirnya, setiap kali dia masuk kelas, saya suka pura-pura ke WC, dan tidak kembali lagi ke kelas, sebelum pelajarannya usai. Otomatis dia pun curiga, kemudian memanggilku ke kantor, Aku mendatanginya sambil terbungkuk-bungkuk memegang perut. Melihat itu, sebelum sempat bertanya, dia sudah menyuruhku ke ruang UKS. Tidurkanlah, katanya.
Satu hal belum saya sampaikan, aku ini yatim, sudah tidak berayah. Maka keputusanku, setelah keluar sekolah akan langsung kerja. Ada pabrik kerupuk di pulau Sumatra.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar